- Revolusi
dari kamar tidur. Bung Karno baru bangun pukul 09.00 setelah sebelumnya
terkena serangan malaria di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Cikini. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama
para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana
Maeda.Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur
nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena
gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah
begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di
rumah Laksamana Maeda. Pating greges, keluh Bung Karno setelah
dibangunkan dr. Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya
dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine.
Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi
putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00,
keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.
“Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung
Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu
menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah
Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar
tidurnya. masih meriang.
-
Hubungan antara Bung Karno dan Belanda tidaklah mesra. Tetapi
Belanda pernah memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan oleh
Bung Karno. Enam hari menjelang Natal 1948, Belanda memberikan hadiah
Natal di Minggu pagi, saat orang ingin pergi ke gereja, berupa bom yang
menghancurkan atap dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948, ibu kota
Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.
-
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa
protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada
pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar,
serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah,
kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang
dinanti-nantikan selama lebih dari tiga ratus tahun!
- Seprei dan Tukang Soto. Bendera
Merah Putih terbuat dari kain sprei dan kain tukang soto! Bendera
Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi
dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei
tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!
- Bendera Merah Putih dan
perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya
sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama
dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat)
yang merdeka 17 Agustus 1960.
- Perintah Presiden pertama panggil
tukang sate! Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai
presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau
menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang sate! Itu
dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi
sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate
bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki). “Sate ayam lima
puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap
dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada
rakyatnya sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin
dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru
berusia satu hari.
- Ketika tiba di Pelabuhan Sunda
Kelapa 9 Juli 1942 siang bolong, Bung Karno mengeluarkan komentar
pertama yang janggal didengar. Setelah menjalani pengasingan dan
pembuangan oleh Belanda di luar Jawa, Bung Karno justru tidak
membicarakan strategis perjuangan menentang penjajahan. Masalah yang
dibicarakannya, hanya tentang sepotong jas! “Potongan jasmu bagus
sekali!” komentar Bung Karno pertama kali tentang jas double breast yang
dipakai oleh bekas iparnya, Anwar Tjikoroaminoto, yang menjemputnya
bersama Bung Hatta dan segelintir tokoh nasionalis.
- Rasa-rasanya di dunia ini, hanya
the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang
dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno
bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter
pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda.
Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada
tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak
tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah
Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang
sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang.
-
Teks Proklamasi di Keranjang Sampah. Naskah asli teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte
oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh
Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan
baik oleh wartawan B. M. Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di
keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari,
setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah
menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah
menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
- Proklamator di balik layar.
Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari
dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl. Imam Bonjol no
1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari
itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi
harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir.
Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal:
Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan
membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.
- Waktu masa revolusi, Bung Karno
memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada
Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara
rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”.
Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik,
seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM
Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan
diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru adalah kawan lama Hatta sejak
1920-an dan Gandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan,
Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad
hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak
diberi tahu yang sebenarnya. “You are a liar!” ujar tokoh kharismatik
itu kepada Nehr
- Dokumentasi Proklamasi selamat
berkat bohong. Peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat
didokumentasikan dan disaksikan oleh kita karena satu kebohongan. Saat
tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa
penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik
proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu
dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan.
Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu
ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja.
Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas
hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap
jujur pada Jepang?
- Hari kelahiran dan kematian.
Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal
tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada
tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman
(wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van
der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia.
-
Hubungan antara revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat.
Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa
Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut “hampir secara
kebetulan” dirayakan di sebuah hotel Hollywood. Bung Karno saat itu
mengundang aktris legendaris Marylin Monroe, untuk sebuah makan malam di
Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George
Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang
unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan
Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno
bukan dengan “Mr President” atau “Your Excellency”, tetapi dengan Prince
Soekarno!
- Ada lagi hubungan erat antara
17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, Tahun Vivere
Perilocoso (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film
The Year of Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pegalaman
seorang wartawan asing di Indonesia pada 1960-an. Pada 1984, film yang
dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!
- Tidak ada jalan Sekarno Hatta
di Jakarta. Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan
kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan
yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini,
tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama
mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas
umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan
memakai nama mereka.
- Gelar Resmi Proklamator baru
1986. Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar
lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab,
baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada
mereka.
- Mentri asli Indonesia. Baru
setelah merdeka 43 tahun Indonesia punya mentri yang 100% Indonesia
asli. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu
berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan
Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat
itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar
Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai
Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V
(1988-1993).
- Jakarta, tempat
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan
Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang
co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan
Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah
diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai
1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.
- Gelar Proklamator untuk Bung
Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat
Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah
memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.
- Kalau saja usul Bung Hatta
diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat
setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun
di rumah Laksamana Maeda, Jl. Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta
mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari itu ikut menandatangani
teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak
oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno,
Hatta dan calon proklamator yang gagal: Achmad Soebardjo, Soekarni dan
Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu
Bung Hatta karena usulnya ditolak.
- Perjuangan frontal melawan
Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi juga
seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda
dalam Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya menteri yang tewas ditembak
Belanda. Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan
diledakkan secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya
tembus kena peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi
di sebuah tempat di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Saat itu, Soepeno
dan ajudannya sedang mandi sebuah pancuran air terjun.
- Belum ada negara di dunia yang
memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun waktu relatif singkat. Antara
1945 dan 1948, Indonesia memiliki 3 ibu kota, yakni Jakarta (1945-1946),
Yogyakarta (1946-1948) dan Bukittinggi (1948-1949).
- Panglima Besar Tentara Nasional
Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki
jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab,
bahkan menteri pertahanan sekalipun!
- Wayang ternyata memiliki simbol
pembawa sial bagi rezim yang memerintah Indonesia. Betapa tidak, pada
1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De Javasche Bank
menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942, Hindia Belanda
runtuh dikalahkan Jepang. Pada 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang
menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan Gatotkoco dan 1945,
Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu. Pada 1964, Presiden
Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang dengan pecahan Rp1
dan Rp2, 5 dan 1965 menjadi awal keruntuhan pemerintahannya menyusul
peristiwa G30S/PKI
Edit Post
Ditulis oleh:
Ako Ambardi -
Minggu, 16 Desember 2012 - Rating:
4.5
Terima kasih sudah membaca artikel kategori Sejarah
dengan judul Fakta - Fakta Yang Belum Banyak Diketahui Seputar Proklamasi Indonesia. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://zonaunikdunia.blogspot.com/2012/12/fakta-fakta-yang-belum-banyak-diketahui.html. Jangan lupa share ke teman-teman ya.